Minggu, 24 Juli 2011

#Choco Tea Cake

CHOCO TEA CAKE
Bahan :
275 gram cokelat masak "dark"
150 gram gula kastor
175 gram mentega tawar
1 sdt vanilla essens
5 butir telur pisah kuning dan putihnya
100 gram tepung terigu
hiasan : cokelat oles dan gula bubuk dan kue kering
Cara membuat:
1. Siapkan loyang bongkar pasang ukuran 22 cm, alasi kertas roti, olesi mentega dan
taburi tepung terigu, panaskan oven dengan temperature 180 derajat Celcius.
2. Cokelat masak, gula pasir dan mentega taruh dalam wadah dan lumerkan, aduk
rata, angkat dan hilangkan uap panasnya. Tambahkan vanilla essens, aduk rata.
uning telur kocok lembut dan tuangkan kedalam adonan cokelat, aduk rata.
3. Masukkan tepung terigu, aduk rata. Putih telur kocok hingga mengembang dan
kaku, campurkan kedalam adonan cokelat, aduk rata, tuangkan kedalam loyang.
Panggang selama 45 menit hingga matang, angkat.
4. Taburi gula bubuk, potong dan sajikan sebagai sajian minum teh atau kopi.
Untuk : 12 potong

Jumat, 08 Juli 2011

LAPORAN FIELDTRIP ASISTENSI SOSIOLOGI PEDESAAN DI DESA TEBEDAK I, PAYARAMAN, OGAN ILIR, SUM-SEL


LAPORAN FIELDTRIP
ASISTENSI SOSIOLOGI PEDESAAN
DI DESA TEBEDAK  I, PAYARAMAN, OGAN ILIR, SUM-SEL

05101007090
05101007085
05101007084
05101007087
05101007068
OLEH
EVA HARNES PUTRI           
NESI MUSLIHATI
TUTI INDAH SURYATI
WITA ANDAYANI
GABRIEL B. M. PANDIANGAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011








PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Fieldtrip adalah



1.2.Tujuan
Untuk mengenal masyarakat dan latar belakang Desa Tebedak dengan berbagai unsur-unsur sosial di sekitarnya.









BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Desa Tebedak I
Desa Tebedak 1 adalah sebuah desa hasil pemakaran dari Desa Tebedak yang kini menjadi Tebedak 1 dan Tebedak 2 pada tahun 2009. Nama Tebedak  sendiri menurut cerita yang berkembang ada dua persepsi. Persepsi pertama yg didapat dari kepala desanya mengatakan bahwa nama desa tebedak berasal dari kata “bedak” yang artinya”belabuh” atau mampir. Karena orang-orang dulu sering melakukan perjalan dan dalam perjalanan mereka singgah di daerah ini dan bila ada yang bertanya darimana mereka akan menjawab dari “bedak” dan kebetulan di daerah ini ada sebuah pohon cempedak besar atau dalam bahasa daerah ini disebut tebedak hingga akhirnya kata “bedak” berubah jadi “tebedak”.
Dan persepsi lain dari sekdesnya mengatakan bahwa pada jaman kerajaan majapahit dan sriwijaya dahulu ada seorang patih dari kerajaan majapahit dari Pulau Jawa yang bernama Pangeran Lebung Tebedak yang ketika itu di perintahkan oleh raja kerajaan mapahit untuk menyelesaikan persengketaan dan kekacauan di sebuah daerah yang kini ditempati masyarakat Desa Tebedak. Dan pangeran itu berhasil menyelesaikan kekacauan tersebut. Hingga tempat ini dinamai Tebedak sesuai dengan nama pangeran dari Jawa tersebut.

2.2 Kehidupan Sosial Masyarakat
Masyarakat Desa tebedak terdiri dari 500 kepala keluarga dengan  1973  jiwa. Masyarakat desa tebedak masih banyak penduduk asli dan sebagian lagi pendatang dari kota seperti Palembang, jawa dan sebagainya. Hampir 95 % masyarakatnya bermata pencarian sebagai petani yaitu petani karet dan sisanya sebagai pedagang, pembuat bata atau PNS. Lahan karet yang dikerjakan oleh masyarakat desa ini adalah karet pribadi milik sendiri kalaupun ada yang tidak menilki kebun karet sendiri, ia mengerjakan kebun karet milik warga lain yang mempunyai banyak kebun karet dengan cara bagi hasil 50% untuk pemilik kebun dan 50% pekerjanya. Di desa ini tidak ada perkebunan besar milik swasta atau pemerintah, yang ada hanya perkebunan karet rakyat.
Untuk pembuat batu bata sendii di desa ini sabagian besar adalah pendatang dari Palembang yang mencoba mengadu nasib di desa ini. Masyarakat desa ini bisa dikatakan sudah sejahtera karena sudah banyak masyarakat yang telah mengeyam pendidikan di SMA dan tak sedikit pula yang sampai keperguruan tinggi.

2.3 Adat istiadat
Jika ditanya apakah masyarakat desa tebedak masih memegang adat istiidat tradisional khas daerahnya? Jika mau dikatakan masih memegang adat istiadat tradisional sebenarnya tidak, tapi jika dikatakan tidak masih ada adat istiadat tradisional yng masih dipakai dalam masyarakat seperti, gotong royong, acara “beinai” dalam pernikahan, dan “saroful annam” yaitu semacam nyanyian. Dan dalam gotong royong sebelum pembuatan rumah ada sebuah tradisi yang disebut “negak tiang guru” yang intinya berdoa untuk keberkahan rumah dan keselamatan bagi pemilik rumah dan juga keselamatan dalam pengerjaan rumah tersebut.
Dan juga disini ada semacam gua kecil yang masyarakat Desa Tebedak menyebutnya “Gua Pinang Raya”  yang memiliki semacam mata air yang konon katanya jika seorang gadis mandi disana maka akan menjadi cantik dan juga jika dalam rantauan masyarakat desa ini berada dalam kesulitan dan ketika itu juga ia mengingat tentang gua ini, mudah-mudahan terlepas dari kesulitan tersebut, tapi tidak semua masyarakat percaya karena mereka takut disebut syirik.
                                                  
2.4 Sarana dan Prasarana Desa Tebedak
Dalam menunjang pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat, Desa Tebedak memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai. Mulai dari sarana dan prasarana pendidikan, desa ini memiliki 1 SD, 1 SMP, 1 MA, TK dan PAUD yang masih menumpang di kantor kepala desa. Sarana dan prasarana kesehatan yang dimiliki seperti Puskesmas dan Posyandu. Sarana dan Prasarana transportasi meliputi jalan raya desa dan jalan-jalan setapak tiap-tiap  gang dalam desa, namun untuk angkutan umum memang kurang karena sebagian masyarakat memiliki kendaraan sendiri dan juga untuk memenuhi kebutuhannya masyarakat tidak perlu keluar kota untuk membeli kebutuhannya yang pasti akan menggunakan angkutan itu sangat kecil.

2.4 Program pemerintah untuk desa
Di desa tebedak ini, pada tahun 2010 lalu mendapatkan bantuan dana dari program PNPM Mandiri yang telah digunakan untuk pembuatan jalan-jalan setapak di dalam kampung. Selain itu ada juga bantuan bibit karet dari pemerintah provinsi yang diberikan kepada kelompok-kelompok tani yang ada di desa ini, serta bantuan dari pemerintah kabupaten yang oleh masyarakat dibelikan alat-alat persedekahan seperti, tenda dan terpal yang bias dipakai bersama bila masyarakat membutuhkan .
Semua program-program tersebut mekanisme penyaluran dananya adalah button up, kecuali bantuan bibit karet dari pemerintah provinsi. Karena aliran dana yang masuk ke desa ini semua penggunaannya sesuai keinginan masyarakat, masyarakatlah yang mnentukan digunakan untuk pembangunan apa dana tersebut kecuali, bantuan bibit karet yang diberikan langsung oleh pemerintah dalam bentuk nyata barang yang jelas harus digunakan oleh masyarakat untuk berkebun.