Minggu, 13 November 2011

tuliptuliptulip :))

waktu itu tk sengaja lgi browsing nyaliahri2 bhan buat tutgas kuliah,,
nuh, mlah mncul si Tulip,
bunga cantik dengan aneka warna yang cerah sesaat mengalihkan pandanganku,
tenang sekali saat lihat wrna cerah bunga tu,
pengen deh punya kebun bunga tulip,
bunga yang katanya nih jadi icon tempat wisata bunga di Belanda, tepatnya di Keukenhoff,
aku mulai bermimpi,
kapan saja nanti ada waktunya aku akan berkunjung ke sana untuk menyaksikan tulip2 yg brmkaran di bulan sep-maret tu,
bermimpi(cita-cita sih,,hheee) suatu saat nanti bisa bawa bunga tulip cantik ini ke Indonesia untuk di budidayakan,
punya kebun tulip sendirii,,,
huuuaaa,,,senangnyaaaa,,,
setiap pagi bisa melihat tulip2 bermekaran diselimuti bau embun,,,
semoga harapanku ini tak cuma sekedar mimpi yang tak bermakna,
tapi suatu saat aku bisa mewujudkan mimpiku ini,,aamiin...
tlog bantu doa yaaa...hhhee maksh.. :))

pengelolaan sumber daya air terpadu Daerah Irigasi Komering Sumatra Selatan


TUGAS AGROHIDROLOGI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU
DAERAH IRIGASI KOMERING

Logo UNSRI BW.JPG

OLEH
NESI MUSLIHATI
05101007085


PROGRAM STUDIAGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU
DAERAH IRIGASI KOMERING


A.    Pengertian pengelolaan
Pengelolaan sama dengan manajemen. Manajeemen dapat didefinisikan sebagai suatu aktifitas, seni, cara, gaya, pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian, dalam mengelola, dan mengendalikan kegiatan.
Phase utama dan fungsi manajemen secara umum meliputi:
1.      Perencanaan (planning)
2.      Pengorganisasian (organizing)
3.      Kepemimpinan (directing)
4.      Pengkoordinasian (coordinating)
5.      Pengendalian (controlling)
6.      Pengawasan (supervising/monitoring)
7.      Penganggaran (budgeting)
8.      Keuangan (financing)

B.     Daerah Irigasi Komering
Pengelolaan sumber daya air merupakan salah satu penggalian potensi yang strategis yang memberikan kontribusi terhadap penyediaan prasarana dan sarana pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan nasional. Daerah Irigasi Komering adalah salah satu daerah irigasi di Sumatra Selatan yang dipersiapkan untuk mendukung Program Lumbung Pangan Nasional.
1.      Perencanaan
Dari segi perencanaan yang meliputi beberapa proses perencanaan yang umumnya melalui langkah-langkah berikut:
·         Identifikasi masalah atau bias juga identifikasi sasaran/ tujuan yang ditargetkan.
·         Pengumpulan data primer dan sekunder
·         Penentuan metode yang akan dipakai (kajian pustaka)
·         Investigasi, analisis dan kajian.
·         Penentuan solusi dengan berbagai alternative.
·         Penentuan skala prioritas.
·         Pemilihan alternative.
Daerah Irigasi Komering memiliki perencananaan yaitu memilih daerah yang akan dibangun irigasi yaitu berpusat di kota Martapura, tahap pembangunan yang meliputi tiga tahap yaitu tahap 1 pembangunan bending perjaya 1 unit, pintu pengatur ranau, saluran induk komering 13,50 km, rehabilitasi saluran sekunder Belitang 67 km, dan pembangunan tersier Belitang III 6.667 Ha., tahap kedua yaitu pembangunan jaringan irigasi Daerah Irigasi Komering  Utara seluas 18.077 Ha, pembangunan jaringan irigasi Daerah Irigasi Komering Selatan seluas 7.512 Ha,., dan tahap ketiga yaitu pembangunan jaringan irigasi Daerah Irigasi Way Hitam Kanan seluas 2.500 Ha, pembangunan jaringan irigasi Daerah Irigasi Lempuing seluas 13.000 Ha, pembangunan jaringan irigasi daerah irigasi Tulang Bawang seluas 44.500 Ha, dan pembangunan Waduk Komering I, Waduk Komering II dan Waduk Muara Dua. Serta manfaat dari pelaksanaan proyek irigasi ini juga masuk dalam tahap perencanaan. Manfaat dari proyek ini diharapkan dapat mensejahterakan masyarakat melalui pemanfaatan potensi air dari sungai Komering untuk mengairi  lahan-lahn kering Trans Basin Ogan, Komering dan Tulang Bawang termasuk kegiatan konservasi Sumber Daya Air sehingga menjadi daerah beririgasi yang terjamin kelangsungan penyediaan airnya.
2.      Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan pengaturan dalam pembagianb kerja, tugas, hak dan kewajiban semua orang yang masuk dalam suatu kesatuan atau kelompok. Pembagiannya didasarkan atas berbagai hal, misalnya dari tingkat pendidikan, lamanya bertugas, keahlian dan ketrampilan yang dimiliki atau lainnya,
Dalam pengelolaan daerah irigasi Komering ini semua pekerjaan diatur sedemikian rupa dan dilaksanakan oleh orang-orang yang ahgli dibidangnya.
3.      Kepemimpinan
Dalam kepemimpinan, seorang direktur memberikan bimbingan, pembinaan, pengarahan, reward and punishment, konselor, dan pelatihan kepada bawahannya sehingga dapat mengerjakan tugasnya masing-masing dengan baik dan disiplin.
4.      Pengkoordinasian
Koordinasi adalah upaya mengkordinasi SDa untuk terlibat dalam usaha pengelolaan irigasi ini sesuai keahlian dan dapat bekerja dengan tepat dan benar. Koordinasi dapat bersifat horizontal antara bagian yang mempunyai kedudukan setara maupun secara vertical yaitu antar suatu  bagian dengan bagian di atasnya atau di bawahnya sesuai struktur yang ada.
5.      Pengendalian
Pengendalian berfungsi untuk mengontrol kegiatan yang telah dilaksanakan. Dan sebagai penekan terhadap kerugian yang mungkin terjadi sekecil mungkin.
6.      Pengawasan
Pengawasan dilaksanakan untuk memastikan SDM bekerja dengan benar sesuai dengan fungsinya, tugas dan kewenangannya serta memastikan kegiatan sudah dilaksanakan dengan benar.
7.      Penganggaran
Penganggran merupakan bagian terpenting untuk suksesnya maksud dan tujuan dari kegiatan pengelolaan daerah irigasi Komering ini. Dana yang dianggarkan mencapai ¥3.079.691.000 dari Loan OECF.
8.      Financial
Financial merupakan tahap terakhir dari tahapan pengelolaan sumber daya air terpadu Daerah Irigasi Komering. Financial meliputi aspek-aspek pembiayaan , pemganggaran, pendapatan dan biaya, biaya penilaian. Dengan kata lain aspak financial sudah harus mencakup keselluruhan manajemen namun dalam batas financial. Dana yang dibutuhkan adalah ¥3.079.691.000 dari Loan OECF.

Minggu, 24 Juli 2011

#Choco Tea Cake

CHOCO TEA CAKE
Bahan :
275 gram cokelat masak "dark"
150 gram gula kastor
175 gram mentega tawar
1 sdt vanilla essens
5 butir telur pisah kuning dan putihnya
100 gram tepung terigu
hiasan : cokelat oles dan gula bubuk dan kue kering
Cara membuat:
1. Siapkan loyang bongkar pasang ukuran 22 cm, alasi kertas roti, olesi mentega dan
taburi tepung terigu, panaskan oven dengan temperature 180 derajat Celcius.
2. Cokelat masak, gula pasir dan mentega taruh dalam wadah dan lumerkan, aduk
rata, angkat dan hilangkan uap panasnya. Tambahkan vanilla essens, aduk rata.
uning telur kocok lembut dan tuangkan kedalam adonan cokelat, aduk rata.
3. Masukkan tepung terigu, aduk rata. Putih telur kocok hingga mengembang dan
kaku, campurkan kedalam adonan cokelat, aduk rata, tuangkan kedalam loyang.
Panggang selama 45 menit hingga matang, angkat.
4. Taburi gula bubuk, potong dan sajikan sebagai sajian minum teh atau kopi.
Untuk : 12 potong

Jumat, 08 Juli 2011

LAPORAN FIELDTRIP ASISTENSI SOSIOLOGI PEDESAAN DI DESA TEBEDAK I, PAYARAMAN, OGAN ILIR, SUM-SEL


LAPORAN FIELDTRIP
ASISTENSI SOSIOLOGI PEDESAAN
DI DESA TEBEDAK  I, PAYARAMAN, OGAN ILIR, SUM-SEL

05101007090
05101007085
05101007084
05101007087
05101007068
OLEH
EVA HARNES PUTRI           
NESI MUSLIHATI
TUTI INDAH SURYATI
WITA ANDAYANI
GABRIEL B. M. PANDIANGAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011








PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Fieldtrip adalah



1.2.Tujuan
Untuk mengenal masyarakat dan latar belakang Desa Tebedak dengan berbagai unsur-unsur sosial di sekitarnya.









BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Desa Tebedak I
Desa Tebedak 1 adalah sebuah desa hasil pemakaran dari Desa Tebedak yang kini menjadi Tebedak 1 dan Tebedak 2 pada tahun 2009. Nama Tebedak  sendiri menurut cerita yang berkembang ada dua persepsi. Persepsi pertama yg didapat dari kepala desanya mengatakan bahwa nama desa tebedak berasal dari kata “bedak” yang artinya”belabuh” atau mampir. Karena orang-orang dulu sering melakukan perjalan dan dalam perjalanan mereka singgah di daerah ini dan bila ada yang bertanya darimana mereka akan menjawab dari “bedak” dan kebetulan di daerah ini ada sebuah pohon cempedak besar atau dalam bahasa daerah ini disebut tebedak hingga akhirnya kata “bedak” berubah jadi “tebedak”.
Dan persepsi lain dari sekdesnya mengatakan bahwa pada jaman kerajaan majapahit dan sriwijaya dahulu ada seorang patih dari kerajaan majapahit dari Pulau Jawa yang bernama Pangeran Lebung Tebedak yang ketika itu di perintahkan oleh raja kerajaan mapahit untuk menyelesaikan persengketaan dan kekacauan di sebuah daerah yang kini ditempati masyarakat Desa Tebedak. Dan pangeran itu berhasil menyelesaikan kekacauan tersebut. Hingga tempat ini dinamai Tebedak sesuai dengan nama pangeran dari Jawa tersebut.

2.2 Kehidupan Sosial Masyarakat
Masyarakat Desa tebedak terdiri dari 500 kepala keluarga dengan  1973  jiwa. Masyarakat desa tebedak masih banyak penduduk asli dan sebagian lagi pendatang dari kota seperti Palembang, jawa dan sebagainya. Hampir 95 % masyarakatnya bermata pencarian sebagai petani yaitu petani karet dan sisanya sebagai pedagang, pembuat bata atau PNS. Lahan karet yang dikerjakan oleh masyarakat desa ini adalah karet pribadi milik sendiri kalaupun ada yang tidak menilki kebun karet sendiri, ia mengerjakan kebun karet milik warga lain yang mempunyai banyak kebun karet dengan cara bagi hasil 50% untuk pemilik kebun dan 50% pekerjanya. Di desa ini tidak ada perkebunan besar milik swasta atau pemerintah, yang ada hanya perkebunan karet rakyat.
Untuk pembuat batu bata sendii di desa ini sabagian besar adalah pendatang dari Palembang yang mencoba mengadu nasib di desa ini. Masyarakat desa ini bisa dikatakan sudah sejahtera karena sudah banyak masyarakat yang telah mengeyam pendidikan di SMA dan tak sedikit pula yang sampai keperguruan tinggi.

2.3 Adat istiadat
Jika ditanya apakah masyarakat desa tebedak masih memegang adat istiidat tradisional khas daerahnya? Jika mau dikatakan masih memegang adat istiadat tradisional sebenarnya tidak, tapi jika dikatakan tidak masih ada adat istiadat tradisional yng masih dipakai dalam masyarakat seperti, gotong royong, acara “beinai” dalam pernikahan, dan “saroful annam” yaitu semacam nyanyian. Dan dalam gotong royong sebelum pembuatan rumah ada sebuah tradisi yang disebut “negak tiang guru” yang intinya berdoa untuk keberkahan rumah dan keselamatan bagi pemilik rumah dan juga keselamatan dalam pengerjaan rumah tersebut.
Dan juga disini ada semacam gua kecil yang masyarakat Desa Tebedak menyebutnya “Gua Pinang Raya”  yang memiliki semacam mata air yang konon katanya jika seorang gadis mandi disana maka akan menjadi cantik dan juga jika dalam rantauan masyarakat desa ini berada dalam kesulitan dan ketika itu juga ia mengingat tentang gua ini, mudah-mudahan terlepas dari kesulitan tersebut, tapi tidak semua masyarakat percaya karena mereka takut disebut syirik.
                                                  
2.4 Sarana dan Prasarana Desa Tebedak
Dalam menunjang pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat, Desa Tebedak memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai. Mulai dari sarana dan prasarana pendidikan, desa ini memiliki 1 SD, 1 SMP, 1 MA, TK dan PAUD yang masih menumpang di kantor kepala desa. Sarana dan prasarana kesehatan yang dimiliki seperti Puskesmas dan Posyandu. Sarana dan Prasarana transportasi meliputi jalan raya desa dan jalan-jalan setapak tiap-tiap  gang dalam desa, namun untuk angkutan umum memang kurang karena sebagian masyarakat memiliki kendaraan sendiri dan juga untuk memenuhi kebutuhannya masyarakat tidak perlu keluar kota untuk membeli kebutuhannya yang pasti akan menggunakan angkutan itu sangat kecil.

2.4 Program pemerintah untuk desa
Di desa tebedak ini, pada tahun 2010 lalu mendapatkan bantuan dana dari program PNPM Mandiri yang telah digunakan untuk pembuatan jalan-jalan setapak di dalam kampung. Selain itu ada juga bantuan bibit karet dari pemerintah provinsi yang diberikan kepada kelompok-kelompok tani yang ada di desa ini, serta bantuan dari pemerintah kabupaten yang oleh masyarakat dibelikan alat-alat persedekahan seperti, tenda dan terpal yang bias dipakai bersama bila masyarakat membutuhkan .
Semua program-program tersebut mekanisme penyaluran dananya adalah button up, kecuali bantuan bibit karet dari pemerintah provinsi. Karena aliran dana yang masuk ke desa ini semua penggunaannya sesuai keinginan masyarakat, masyarakatlah yang mnentukan digunakan untuk pembangunan apa dana tersebut kecuali, bantuan bibit karet yang diberikan langsung oleh pemerintah dalam bentuk nyata barang yang jelas harus digunakan oleh masyarakat untuk berkebun.

Minggu, 12 Juni 2011

laporan ekologi metode kuadran


I.                   PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ilmu vegetasi sudah di mulai hampir tiga abad yang lalu, mula- mula kegiatan utama dilakukan lebih di arahkan pada deskripsi dari bentang alam dan vegetasinya.
Kemudian pada abab ke XX usaha-usaha di arahkan untuk menyederhanakan deskripsi
dan vegetasi dengan tujuan untuk meningkatkan keakuratan dan untuk mendapatkan
standar dasar dalam evolusi secara kuantitatif.
Vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi fakta lingkungan yang mudah di ukur dan nyata. Dalam mendeskripsikan vegetasi harus di mulai dari suatu titik padang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokkan dari suatu tumbuhan yang hidup di suatu hidup tertentu yang mungkin di karakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya
maupun oleh kombinasi dan struktur serta fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum.
Vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi fakta lingkungan yang mudah di ukur dan nyata. Dalam mendeskripsikan vegetasi harus di mulai dari suatu titik padang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokkan dari suatu tumbuhan yang hidup di suatu hidup tertentu yang mungkin di karakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya maupun oleh kombinasi dan struktur serta fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum.
. Apabila penguasaan sarana tumbuh dimenangkan oleh gulma, maka pada umumnya tanaman akan mengalami gangguan fisiologis yang berakibat pada penurunan produksi atau bahkan kematian tanaman itu sendiri. Kematian tersebuat selain karena kesulitan mendapatkan nutrisi, ada jenis gulma tertentu yang mampu mengeluarkan enzim akar yang mampu merusak atau meracuni tanaman. Kerusakan yang ditimbulkan gulma akan menentukan apakah gulma tersebut merupakan gulma penting atau bukan. Kerusakan tersebut umumnya memiliki hubungan dengan ambang ekonomi pertanian yang dapat berbeda pada setiap tanaman berdasarkan nilai ekonominya.
Analisis vegetasi digunakan unutk mengetahui gulma ± gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup. Dalam hal ini, penguasaan sarana tumbuh pada umumnya menentukan gulma tersebut penting atau tidak. Namun dalam hal ini jenis tanaman memiliki peran penting, karena tanaman tertentu tidak akan  terlalu terpengaruh oleh adanya gulma tertentu, meski dalam jumlah yang banyak.
Analisis vegetasi ini penting karena melalui analisis inilah variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (Indeks Nilai Penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi dapat diketahui. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat. Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar.
Kerapatan satu species penting diketahui untuk menentukan seberapa banyak species tumbuhan yang ada di lahan tersebut dan ada tumbuhan apa saja yang ada di lahan tersebut. Hal ini penting diketahui untuk menentukan tindakan yang tepat dalam pengolahan lahan sehingga tidak mengganggu  tanaman utama yang ada di lahan tersebut.

B.     Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menduga komunitas yang berbentuk tihang dan pohon, contohnya dalam vegetasi hutan.

II.                TINJAUAN PUSTAKA

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik
Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur ( Marpaung andre, 2009).
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas. Sifat – sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance).
Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah  (Dedy 2010) :
  1. Ukuran petak.
  2. Bentuk petak.
  3. Jumlah petak.
  4. Cara meletakkan petak di lapangan.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari (Andre, 2009) :
            Metode kuadran adalah salah satu idak menggunakan metode yang petak contoh (potless). Metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan tihang (Muhammad Umar Harun, dkk, 2011).


III.             PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A.    Waktu
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 09 mei 2011 pukul 13.00 WIB di Lahan Arboretum Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya.

B.     Alat dan Bahan
            Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah  tali rafia, meteran, parang dan buku catatan hasil pengamatan.

C.    Cara Kerja
1.      Langkah awal yang dari pengerjaan metode ini adalah dengan berpedoman pada vegetasi dan areal yang akan dianalisis, kita menentukan pengamatan di lapangan dengan transek yaitu garis lurus memotong areal yang akan diamati.
2.      Penentuan titik pada transek tersebut.
3.      Sesuaikan dengan arah pergerakan kompas hingga didapatkan perpotongan yang menghasilkan 4 kuadran yaitu kuadran 1,2,3, dan 4.
4.      Pada setiap kuadran dilakukan pengukuran jarak diameter pohon dan tihang dengan titik pengamatan (titik A) dan diameter pohon pada setinggi dada atau 50 cm di atas akar papan (banir).
5.      Lakukan pengukuran untuk pohon atau tihang yang jaraknya paling dekat dengan titik A.
6.      Penentuan jarak untuk titik pengamatan selanjutnya, dinilai dari awal pengamatan (A) dengan mengukur jarak ke B, sejauh lebih besar dari dua kali jarak rata-rata antar pohon yang ada di daerah vegetasi yang akan dianalisis.

IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
Hasil yang didapat dalam praktikum ini adalah :
Titik
Kuadran
Jarak
Jenis
A
1
155 cm
Talok

2
120 cm
Akasia

3
180 cm
Akasia

4
90 cm
Seru
B
1
175 cm
Talok

2
158 cm
Akasia

3
236 cm
Akasia

4
140 cm
Seru


B.     Pembahasan
Praktikum ini mengenai analisis vegetasi dengan metode kuadran dimana pada metode ini menggunakan titik kuarter untuk menghitung jarak dari pengamat ke pohon. Metode ini biasa digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya.
Dalam praktikum kali ini di masing-masing kelompok membuat 1 transek sepanjang 50 m yang menghasilkan 4 kuadran. Transek tersebut dibagi menjadi 2 buah kuarter dengan tiap plot berjarak 1,5  m. Di tiap titik pusat plot tersebut dibuat garis khayal sehingga membagi plot menjadi 2 kuarter, pada masing-masing kurter terdapat 4 kuadran. Dalam satu kuadran hanya didaftarkan satu jenis dari vegetasi pohon (termasuk didalamnya kategori semai, pancang, tiang dan pohon), yang jaraknya paling dekat dengan titik pusat kuadran.
Karena metode kuadran ini merupakan metode plot less method, yang berarti Metode ini merupakan salah satu metode yang tidak memerlukan luas tempat pengambilan contoh atau suatu luas kuadrat tertentu. Oleh karena itu, bila dalam suatu kuadran dalam jarak yang dekat tidak terlihat adanya suatu vegetasi pohon, maka pencarian bisa diteruskan sejauh mungkin sampai ditemukan jenis pohon yang  dimaksud, tetapi pohon tersebut masih berada di dalam daerah kuadran tersebut.
Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh (potless). Metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan tihang.
Berdasarkan metode pantauan luas minimum akan dapat di tentukan luas kuadran yang di perlukan untuk setiap bentuk vegetasi tadi. Untuk setiap plot yang di sebarkan di lakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan dan frekuensi. Variabel kerimbunan dan kerapatan di tentukan berdasarkan luas kerapatan. Dari spesies yang di temukan dari sejumlah kuadrat yang di buat.
Sistim analisis dalam metode ini berupa analisis :
1. kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan didalam area cuplikan. Pada beberapa keadaan kesulitan dalam melakukan batasan individu tumbuhan, kerapatan dapat ditentukan dengan cara pengelompokan berdasarkan kreteria tertentu.
2. Kerimbunan, ditentukan berdasarkan penutupan oleh populasi jenis tumbuhan. Apabila dalam menentukan kerapatan di jabarkan dalam bentuk kelas kerapatan, maka untuk perimbunannyapun lebih baik di gunakan kelas keribunan.
3. Frekuensi, di tentukan berdasarkan kerapatan dari jenis tumbuhan di jumpai dlam sejumlah area cuplikan (n) di bandingkan dengan seluruh atau total area cuplikan yang dibuat (N) biasa dalam persen (%).
Pada titik A dari masing-masing kuadran didapatkan species tanaman talok pada jarak 155cm dari titik, kuadran 2 ada tumbuhan akasia pada jarak 120cm, akasia juga ditemukan pada kuadran 3 dengan jarak 180cm, dan pada kuadran 4 ditemukan pohon seru pada jarak 90m. Pada titik B di kuadran 1 juga ditemukan tumbuhan talok pada jarak 175cm, pada kuadran 2 akasia pada jarak 158cm, kuadran 3 juga ditemukan akasia pada jarak 236cm, dan pada kuadran 4 ditemukan pohon seru pada jarak 140cm.
Bentuk kehidupan dari spesies tumbuhan biasanya memiliki karakteristik yang tetap. Namun spesies yang sama dapat menerima bentuk kehidupan yang berbeda ketika tumbuh dibawah kondisi lingkungan yang berbeda. Vegetasi dapat diklasifikasikan kedalam struktur tanpa menunjuk pada nama spesies. Ini telah dibuktikan terutama dalam floristik lokasi yang belum dijamah, dan dalam lokasi dimana vegetasi tidak dapat diklasifikasikan dengan mudah dengan spesies yang dominan. Ketinggian tumbuhan digunakan sebagai kriteria dalam klasifikasi bentuk kehidupan. Walaupun, berbagai bentuk kehidupan dapat memberikan pemikiran khusus dari stratifikasi atau pelapisan dalam komunitas.
Arboretum bukan merupakan ekosistem alami, melainkan ekosistem semi atau buatan sehingga ada campur tangan manusia yang menyebabkan tumbuhan dalam arboretum tersebut beragam (heterogen). Walaupun pada awalnya penanaman pohon di arboretum dilakukan secara merata menurut komunitas yang akan diciptakan. Ternyata bila dianalisis secara vertical, strata atau penyebaran kanopi tidak merata kerapatannya. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kompetisi antar species tumbuhan di arboretum (selain oleh kerusakan manusia) dalam memperoleh sinar matahari, air dan nutrisi-nutrisi yang ada dalam tanah.



V.                KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
·         Sistim analisis dalam metode ini berupa analisis kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.
·         metode kuadran ini merupakan metode plot less method, yang berarti Metode ini merupakan salah satu metode yang tidak memerlukan luas tempat pengambilan contoh atau suatu luas kuadrat tertentu.
·         Dalam praktikum kali ini di masing-masing kelompok membuat 1 transek sepanjang 50 m yang menghasilkan 4 kuadran. Transek tersebut dibagi menjadi 2 buah kuarter dengan tiap plot berjarak 1,5  m.
·         Arboretum bukan merupakan ekosistem alami, melainkan ekosistem semi atau buatan sehingga ada campur tangan manusia yang menyebabkan tumbuhan dalam arboretum tersebut beragam (heterogen).
·         Bentuk kehidupan dari spesies tumbuhan biasanya memiliki karakteristik yang tetap. Namun spesies yang sama dapat menerima bentuk kehidupan yang berbeda ketika tumbuh dibawah kondisi lingkungan yang berbeda.


B.     Saran
Dalam pelaksanaan praktikum ini yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah ketepatan sampel yang berada paling dekat dengan titik.




DAFTAR PUSTAKA

Marpaung, Ande. 2009. http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimana-mempelajari-analisa-vegetasi/ diakses tanggal 2 juni 2011
Andre.2009.Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi. http://boymarpaung. wordpress.com/2009/04/20/ apa-dan-bagaimana-mempelajari -analisa-vegetasi/. Diakses pada  2 juni 2011.
Dedy 2010 http://dydear.multiply.com/journal/item/15/Analisa_Vegetasi diakses tanggal 2 juni 20101
Michael, M. 1992. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia.
Polunin, N. 1990. Ilmu Lingkungan dan Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University     Press.
Simanung.2009.AnalisisVegetasi.http://bpkaeknauli.org/index.php?option=comcontent&task =view&id  =18&Itemid=5 Diakses pada 2 juni 2011.
Swanarmo, H, dkk. 1996. Pengantar Ilmu Lingkungan. Malang: Universitas Muhammadyah.
Wahyu, Ikhsan. 2009. Analisis Vegetasi. http://biologi08share.blogspot.com/2009 _04_01_ archive.html. Diakses pada 2 juni 2011